Countdown to our Big Day

Geez! It's 61 days left to Our Big Day!
Makes me scare even more >.<

Wedding ring : check!
Wedding Gown : In-progress...
Wedding Jas : In-progress...
Parents Dress : Not yet!
Parents in law Dress : Not yet!
Bridal shoes : Not yet!
Souvenir : Don't know yet :(
Plane : In-progress...

Do we ready to our wedding???
I DON'T KNOW........!!!!!!!!!


T_T

Read More...

One of my Cerpen >.<

My Gosh! I just found one of my article that I sent to BOBO Magazine a few years back (Sunday, 30 May 2004 06:45 AM)

I even used both of my brother's name hahaha....
You guys just check it out!


************************************************************************

Kepada

Yth. Redaksi Majalah Bobo

di

Jakarta

Dengan hormat,

Bersama e-mail ini saya lampirkan cerita pendek hasil karangan saya yang berjudul “ Baju Kesayangan” agar dapat dimuat di Majalah Bobo ini.

Berikut biodata saya:

Nama : Alexandra S. Aha

Alamat : Jl. Bojong Soang No. 98

Dayeuh kolot

Bandung – Jawa Barat

40257

Telpon : 0817-0275327

No. rek : Bank BNI Kantor cabang ITB – Bandung

236.001026326.901

Besar harapan saya agar cerpen saya ini bisa dimuat di majalah yang Bapak/Ibu asuh ini. Jika Bapak/Ibu tidak keberatan, saya mohon agar saya diberitahu lewat e-mail atau telepon jika cerpen saya ini dimuat.

Terima Kasih

Hormat Saya

Alexandra S. Aha


BAJU KESAYANGAN

Brukk….

Wilfrid mencampakkan tas sekolah ke tempat tidurnya. Dengan wajah cemberut ia duduk di sisi ranjangnya.

Entah sudah berapa kali ibunya melakukan kesalahan yang sama. Tadi sepulang sekolah dia menemui Didin, sepupunya yang tinggal di kampung, lagi main di teras rumahnya dengan mainan-mainan milik Wilfrid. Dan yang lebih membuat dia kesal, Didin mengenakan kostum klub bola kesayangannya. Baju itu memang jarang dia pakai. Tapi itu benar-benar baju favoritnya.

Hatinya benar-benar kesal sekarang, kini dia bukan hanya marah sama ibunya tapi juga pada Didin.

“Wilfrid….” Terdengar panggilan ibu di depan pintu kamarnya. Ia memang sengaja mengunci pintu kamarnya.

Hening.

“Wil, ayo makan sayang!” panggil ibunya lagi, “Didin udah nunggu lho!”

Huh Didin lagi, rutuknya dalam hati, kenapa nggak Didin saja yang diangkat jadi anaknya. Dia merasa Didinlah yang lebih dimanja sama ibunya.

“Wil…ayo! Keburu dingin nanti makanannya.”

“Ya udah kalau kamu nggak mau makan, Ayah, Ibu ama Didin habisin yah makanannya,” canda Ibunya.

Kini Ibu benar-benar keterlaluan, masa anaknya sendiri dibiarkan kelaparan.

Klek. Pintu kamar Wilfrid terbuka. Ia keluar dengan wajah cemberut. Kebetulan Ia memang lagi lapar.

“Lho kok, masam gitu sih wajah anak Ayah?” tampak Ayahnya sudah pulang dari kantor, “abis dimarahin gurunya yah?” tanyanya lagi.

Kini dia benar-benar kesal, nggak ada yang mengerti kenapa dia cemberut hari ini.

“Bu, Wilfrid nggak mau kalau Ibu masuk kamarku lagi dan mengambil baju-bajuku tanpa seijinku,” ujarnya kesal, “mulai sekarang kunci kamar Wilfrid, Wilfrid bawa aja ke sekolah.”

Kini mengertilah Ibunya mengapa anak semata wayangnya marah padanya.

“Ya udah kita makan dulu, nanti kita ngobrol lagi. Oke?” ayahnya menengahi.

Selama makan, Wilfrid sama sekali tidak menggubris Didin, menanggapi omongannya pun tidak.

Selesai makan, Wilfrid langsung masuk ke kamarnya. Ibupun menyusul ke kamarnya setelah terlebih dahulu merapikan meja makan.

“Ibu nggak suka kalau kamu bersikap seperti itu sama saudaramu sendiri,” ujar Ibunya.

“Tapi Wilfrid juga nggak suka Bu, kalau Ibu seenaknya ngambil mainan dan pakaian Wilfrid buat Didin,” ujarnya sengit.

“Nak,” ujar Ibunya perlahan, ”Didin itu saudaramu sendiri, lagian kamu masih punya banyak mainan kan? Apa salahnya kamu ngasih sebagian mainanmu sama Didin. Kostum bolamu apalagi! Ibu aja sampai heran, baju kamu kok corak dan warnanya sama semua.”

“Wilfrid nggak peduli, pokoknya Wilfrid mau ngambil baju itu sekarang!”

Ibu hanya terdiam melihatnya, tak sanggup berkata lagi. Wilfrid memang keras kepala.

Bukk….dia menabrak sesuatu di depan kamarnya. Ternyata Didin sudah berada di depan kamarnya. Dengan bertelanjang dada Didin menyerahkan kostum bola kesayangan Wilfrid yang tadi dipakainya.

“Ini,” katanya perlahan. Ternyata pertengkaran Wilfrid sama Ibunya didengar oleh Didin. “Didin nggak papa kok kalau nggak pakai baju, lagian udah biasa kayak gini, di kampung juga nggak pernah pake baju,” ujar Didin tulus.

Pelan Ia melirik wajah sepupunya yang memang sebaya dengannya. Hatinya benar-benar tersentuh. Masak dia tega melihat sepupunya bertelanjang dada sementara dia masih punya banyak pakaian.

“Kamu nggak punya baju lagi?” tanyanya iba.

Didin menggeleng perlahan, “Udah biasa kok!”

“Ya udah pake aja, itu buat kamu kok.”

“Bener?”

Wilfrid mengangguk mantap.

Senyum terpancar dari wajah Didin. Dia pun segera berlalu ingin melanjutkan mainnya.

Di belakang tampak senyum Ibu mengembang.

“Nah gitu dong baru anak Ibu!” Ibunya pun mengelus kepala anak kesayangannya itu.

Wilfrid tersenyum sekali lagi.

Nggak ada salahnya berbuat kebaikan, ujarnya dalam hati. Lagian aku kan udah punya banyak baju, masak ngasih buat saudara sendiri aja nggak bisa?

Itu memang kostum klub bola kesayangannya tapi dia lebih sayang sama Didin.

“Udah ah Bu,” ujarnya pada ibunya, “aku mau maen ama Didin dulu.”

Sekali lagi Ibunya tersenyum bangga.

**********************************************************************

Read More...

See how it fit in my finger :D :D :D

Read More...

Wonderful ring


This is the ring I've got from him. It's wonderful ring. Look how it shining with its blue lovely color. Sparkling somehow :D

He brought this ring from Bangkok while his road trip from office. I don't know how he recognize my finger size, but it fit in my finger nicely.
He told that he asked some girls in the jewelry shop to finding my finger size. Finally, he found one girl with a finger same size as me, and whoalaaa....it match!

Ugh! I forget one thing. I forget this ring in Singapore Mandarin Oriental Hotel, I left it in the table at my room. Thanks God, Mandarin house keeper found it and call me for my lost belonging. Thanks to Mrs Wanti from Lintas who carried the ring from hotel.

Thank you Hon for this special gift you've gave to me >:D<

p.s: Almost 6 months I wear this ring, unfortunately I just shoot its great picture with my brother while in Bandung. Nice picture actually. I just know that I have a great camera hehehe....:P So here I am afterward, publish this blog with its new pic.

Read More...

Wedding Course



Finally our wedding course just ended. The wedding course which is known as KPP or Kursus Persiapan Perkawinan has assume for 3 days at total. It start from 4-5 July 2009 and the final day is on 11 July 2009.
After complete some administration requirement such as letter of baptism, our recent photograph and administration fee Rp 200.000,- (two hundred thousands rupiah), then we can attend the wedding course.

First Day of Course:
Mrs. xxx explain about the wedding regulation, such as we should attend entire course, if we failed for even one course object we will fail for entire course *cruel is it? hehehe*


Second Day:


Third Day:
On the third day we should know better the entire course, so they separate us becomes 10 different groups which is each group contain 8 - 10 peoples. They give us one question which is has a relationship with the subject that give to us on previous day of course. Each group should has its own writer and speaker.
My Hubby group is Group-1, and my group is Group-10.
They give my group a question about cheating in a family hehehe....

Also on this day, it should be a day of certificate handover

*Sorry I just left it as blank, I forget the detail schedule. Promise to update it someday :D*

Read More...